a. Tertawa
Keras di dalam Sholat
Pada suatu hari, didalam sholat jemaah
yang dipimpin oleh kyai disebuah pesantren tempat kyai Kholil mencari ilmu,
Kyai Kholil muda tertawa cukup keras sehingga teman-temannya takut kalau-kalau
kyai akan marah karna sikapnya itu.
Dugaan mereka tidak keliru,setelah
selesai sholat sang kyai menegur Kyai Kholil muda dengan sikapnya yang tertawa
cukup keras waktu solat tersebut yang memang dilarang dalam Islam. Ternyata,
Kyai Kholil muda masih terus tertawa meskipun kyai sangat marah terhadapnya.
Akhirnya Kyai Kholil menjawab bahwa
ketika sholat berjamaah berlangsung dia melihat sebuah berkat (wadah
nasi waktu kenduri) diatas kepala sang Kyai. Mendengar jawaban tersebut, sang
kyai menjadi sadar dan merasa malu atas sholat yang ia pimpin tersebut. Karena
sang kyai ingat bahwa selama sholat berlangsung, dia memang merasa tergesa-gesa
untuk menghadiri kenduri sehingga mengakibatkan solatnya tidak khusyuk.
b. Debat
kepiting dan Rajungan
Pada suatu hari, para ulama Mekah berkumpul
di Masjidil Haram untuk berdiskusi membahas masalah dan hukum Islam yang sedang
terjadi di Makah. Semua persoalan didiskusikan tanpa hambatan dan selalu
mendapatkan solusi dan kesepakatan semua Ulama tersebut. Akan tetapi pada
masalah mengenai halal atau haramnya kepiting dan rajungan terjadi banyak
pendapat dan tidak menemukan solusi.
Kyai Kholil pada waktu itu berada diantara
peserta diskusi sambil mendengarkan dengan tekun sambil sekali-sekali tersenyum
melihat silang pendapat para peserta diskusi. Melihat jalan buntu permasalahan
yang ada dihadapnya, Kyai Kholil minta izin untuk menawarkan solusi untuk
masalah tersebut. Akhirnya Kyai Kholil dipersilahkan untuk naik ke atas mimbar
oleh pimpinan diskusi.
Setelah tiba diatas mimbar, Kyai Kholil
berkata, “ Saudara sekalian, ketidaksepakatan kita dalam menentukan hukum
kepiting dan rajungan ini menurut saya disebabkan karena saudara sekalian belum
melihat secara pasti wujud kepiting dan rajungan” ujar kyai Kholil. Semua ulama
yg hadir dalam diskusi tersebut menyetujui keterangan kyai Kholil tersebut.
“ saudara sekalian, adapun wujud kepiting
seperti ini” ucap kyai Kholil sambil memegang kepiting yang masih basah.
“sedangkan yang rajungan seperti ini” lanjut Kyai Kholil sambil memegang
rajungan yang masih basah, seakan baru mengambil dari laut. Semua hadirin
merasa terpana dan suasana menjadi gaduh karna keanehan tersebut. Mereka hanya
bisa merasa heran dan bingung dari mana sang Kyai Kholil mendapatkankepiting dan
rajungan dengan sekejap saja. Maka setelah kejadian tersebut, masalah halal
atau haramnya kepiting dan rajungan telah menemukan solusinya. Sejak kejadian
itu, Kyai Kholil menjadi ulama yg disegani di antara ulama Masjidil Haram.
c. Ke Makkah
Naik Kerocok (sejenis daun aren yg dapat mengapung di air)
Pada suatu sore di pinggir pantai daerah
Bangkalan, Kyai Kholol hanya ditemani oleh Kyai Syamsul Arifin, salah seorang
murid dan sahabatnya. Mereka membicarakan perihal urusan pesantren dan
persoalan umat, tak terasa waktu sudah berlangsung lama dan matahari hampir
terbenam.
“ kita belum solat Ashar kyai” kata Kyai
Syamsul Arifin.
“ Astaghfirullah ” kata kyai Kholil
menyadari Kekhilafannya. “ waktu ashar hampir habis, kita tidak mungkin sholat
secara sempurna Kyai” ucap Kyai syamsul Arifin.
“ kalau begitu, ambil kerocok untuk
kita pakai ke Makkah ” kata Kyai Kholil. Setelah mendapatkan kerocok, mereka
menumpanginya di atas kerocok tersebut. Beberapa saat ketika Kyai Kholil
menatap ke Makkah, tiba-tiba kerocok yang ditumpanginya melesat dengan
cepat ke arah Makkah. Sesampainya ke Makkah, Azan solat ashar baru saja
dikumandangkan dan mereka mendapatkan Shaf pertama sholat Ashar berjamaah di
Masjidil Haram.
d. Mengubah
Arah Kiblat Masjid
Pada suatu hari, Kyai Kholil sedang
melihat masjid yang sedang dibangun oleh menantu beliau yaitu Kyai Muntaha.
Ketika melihat arah kiblat pada masjid tersebut, Kyai Kholil menegur sang
menantu yang alim itu untuk membetulkan arah kiblat masjid yang sedang
dibangunnya itu. Sebagai orang yg alim, Kyai Muntaha mempunyai alasan dalam
menentukan arah kiblat tersebut, beberapa argumen ditunjukan kepada Kyai Kholil
dalam penentuan arah kiblat tersebut.
Melihat menantunya tidak ada
tanda-tanda untuk mendengar nasihatnya, Kyai Kholil tersenyum sambil berjalan
kearah tempat pengimaman di ikuti sang menantu. Kyai Kholil mengambil sebuah
kayu untuk melubangi dinding tembok arah kiblat dan menyuruh Kyai Muntaha untuk
melihat lubang pada dinding masjid di tempat pengimaman. Betapa kagetnya Kyai
Muntaha setelah melihat lubang itu, sang menantu melihat dalam lubang kecil itu
terlihat Ka’bah yang berada di Makkah dengan sangat jelas. Dengan penglihatan
itu, Kyai Muntaha heran dan sadar bahwa arah kiblat yang menjadi kiblat
bangunan masjidnya salah. Arah kiblat bangunan masjid terlalu miring dan terbukti benar apa yang di
koreksi Kyai Kholil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar