Habib Ali bin Muhammad Al Habsy Seiwun
Habib Ali bin Muhammad bin Husein bin Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Ahmad Shohibusy Syi’ib bin Muhammad Ashgor bin Alwi bin Abu Bakar Al Habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadullah bin Hasan At-Turabiy bin Ali bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Beliau lahir di desa Qosam padahari jum’at, 24 syawal 1259 H / 1839 M; dan diberi nama Ali oleh Al-Allamah Sayyid Abdullah bin Husein bin Tohir untuk mengambil berkah dari Sayyidina Ali Kholi’ Qosam. Ibunda beliau, Sayyidah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al Hadi Al Jufri (lahir tahun 1240 H), berasal dari kota Syibam, adalah seorang yang sangat gemar mengajar dan berdakwah, yang memiliki banyak karomah.
Ayahanda beliau, Habib Muhammad bin Husein Al Habsyi ( lahir, 18 jumadil akhir 1213 H) seorang ahli dakwah, memiliki karomah dan seringkali mengkasyf isi hati Habib Ali. Habib Muhammad berguru kepada Habib Tohir bin Husein bin Tohir, Habib Abdullah bin Husein bin Tohir, Habib Ahmad bin Umar bin Smith, Habib Hasan bin Saleh Al Bahr Al Jufri, Habib Abdullah bin Ali bin Syihabuddin, Syeikh Mufti Makkah Muhammad Saleh Rayyis, Syeikh Umar bin Abdurrasul Al-Atthar, Sayyid Al-Imam Al-Badi Abdurrahman bin Sulaiman Al-Ahdal dan Syeikh Al-Waliy Manshur bin Yusuf Al Budairi.
Nasehat Habib Muhammad Al Habsyi :
“Camkanlah, jangan sampai kalian tidak mempelajari ilmu bahasa, Nahwu dan shorof. Karena ilmu bahasa merupakan dasar dan perantara kalian untuk memahami semua ilmu.”
Hijrah ke Seiyun dan Mekah.
Ketika Habib Ali berusia 7 tahun, ayahandanya hijrah ke Mekah bersama tiga anaknya yang telah dewasa; Abdullah, Ahmad dan Husein. Suatu hijrah yang abadi ke Mekah, demi mematuhi keinginan Syeikh Fath beliau, Al-Allamah Sayyid Abdullah bib Husein bin Tohir.
Ketika Habib Ali berumur 11 tahun, beliau bersama ibundanya pindah ke Seiwun, supaya beliau dapat memperdalam ilmu Fiqih dan ilmu-ilmu lainnya, sesuai perintah Sayyid Umar bi Hasan bin Abdullah Al Haddad.
Dalam perjalanan ke Seiwun; beliau melewati Masileh dan singgah di rumah Al-Allamah Sayyid Abdullah bin Husein bin Tohir. Beliau menggunakan kesempatan itu, untuk menelaah kitab, mengambil ijazah dan ilbas. Di antara hafalan beliau adalah kitab Al-Irsyad, Alfiyah Ibnu Malik dan lainnya.
Pada usia 17 tahun, beliau diminta ayahandanya pergi ke Mekah dan tinggal bersama ayahnya selama 2 tahun yang penuh berkah. Setelah itu, beliau kembali ke Seiwun sebagai seorang Alim dan ahli dalam pendidikan. Beliau kembali atas perintah ayahandanya untuk menikahkan adik beliau, Aminah, dengan Sayyid Alwi bin Ahmad Assegaf, salah seorang murid ayahanya.
Kegiatan Habib Ali di Seiwun
Setelah merayakan pernikahan adiknya, Habib Ali lalu tinggal di Seiwun untuk belajar dan mengajar. Banyak pendduduk Seiwun menuntut ilmu kepadanya. Beliau juga sering pergi ke Tarim untuk menuntut ilmu dari orang-orang alim disana. Beliau berguru kepada :
1. Sayyid Abdullah bin Husein bin Muhammad.
2. Syeikh Muhammad bin Ibrahim.
3. Al-Allamah Umar bin Hasan Al-Haddad.
4. Al-Allamah Abdurrahman bin Muhammad Al-Masyhur.
5. Habib Ali bin Idrus bin Syihabuddin.
6. Imam Umar bin Abdurrahman bin Syahab.
7. Habib Ahmad bin Muhammad Al-Muhdhar ( Imam Para Sadah yang mulia ).
8. Habib Ahmad bin Abdullah bin Idrus Al-Bar.
9. Imam Idrus bin Umar bin Idrus Al-Habsyi.
10. Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas ( Syeikh beliau ).
Hubungan Habib Ali dengan Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Atthas.
Ketika Habib Ali bertemu pertama kali dengan Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas, terlihat tubuhnya diliputi cahaya, “Lelaki ini malaikat atau manusia” kata Habib Ali dalam hati.. Suatu hari beliau tidak bisa lagi membendung rasa rindunya kepada gurunya, Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Attas; kemudian beliau pergi ke Ghurfah. Saat itu Habib Abu Bakar sedang bertamu di rumah salah seorang kenalannya.
“Tambahlah hidangan siang untuk Ali bin Muhammad Al Habsyi. Sebentar lagi ia datang kemari. Ia tidak mampu berpisah terlalu dariku.”
Kata Habib Abu Bakar kepada tuan rumah. Sesampainya Habib Ali di rumah itu, si tuan rumah memberitahu bahwa Habib Abu Bakar telah mengkasyaf kedatangannya.
Makam Habib Abubakar bin Abdullah bin Thalib Al-Atthas. Beliau adalah guru utama Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Muallif Simtud Duror. Beliau juga merupakan mertua dari Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas. Beliau sangat mastur hingga keluarganya sendiri tidak mengetahui kebesarannya.
Habib Ali berkata :
“Ucapan kaum Sholihin cukup sebagai pengganti makanan selama sebulan. Jika mendengar Habib Abu Bakar berceramah, rasanya aku tidak tidak membutuhkan makanan lagi. Seandainya beliau menyampaikan ilmunya selama sebulan, maka aku akan menjadikan ucapannya sebagai santapanku. Bukankah tujuan memberi kakan jasad adalah ruh, padahal ucapan beliau ini adalah santapan ruh langsung.”
“Alangkah baiknya membicarakan ilmu dengan seorang yang ahli dan mampu menerangkannya dengann baik. Habib Abu Bakar jika menerangkan suatu ilmu kepada kami, dari kedua bibirnya meluncur ilmu-ilmu yang segera melekat di hati kami; seperti air dingin bagi orang yang sedang kehausan. Jika duduk bersama beliau, aku selaliuberharap agar majelis itu tidak akan berakhir, walau selama sebulan. Saat itu, rasanya aku tidak menginginkan lagi kenikmatan duniawi, aku tidak merasa lapar atau haus.
Habib Abu Bakar bin Abdullah Al-Atthas pernah berkata kepada Habib Ali :
• ”Tidak mencintaiku kecuali orang yang berbahagia (sai’id). Tidak mencintaiku kecuali seorang yang saleh.”Aku, para sahabatku dan orang-orang yang mencintaiku kelak di hari kiamat berada dalam naungan Arsy.”
• “Wahai anakku, ketahilah, aku mengetahui semua wali yang ada di timur dan di barat. Aku belajar kepada mereka semua. Kadang kala aku memberitahu seseorang bahwa dia adalah seorang wali karena dia sendiri tidak menyadarinya,”
• “Ya, Ali. Sesungguhnya aku telah memeliharamu sejak kau berada dalam sulbi ayahmu.”
• “Wahai anakku. Ketahuilah aku mewarisi semua hal keluargaku, dan aku melebihi mereka dengan pemahamanku tentang kitabulloh yang tudak dimiliki oleh satupun dari keluargaku.”
• “Aku berniat mensyarahkan kitab Ihya ‘Ulumuddin. Dan aku akan memulainya dari bab keajaiban-keajaiban hati, sebab Syeikh Ghazali tidak membahas semuanya, beliau hanya menjelaskan secara garis besar. Namun kemudian, aku ingat bahwa tidak ada seorang salaf pun yang melakukannya.”
Wafatnya Ayahanda beliau.
Habib Muhammad sesungguhnya sedih melihat Habib Ali lebih senang tinggal di Hadramaut. Ketika Habib Abu Bakar bin Abdullah Al Attas berada di Mekah; Habib Muhammad mengadukan hal ini. Habib Abu Bakar kemudian memberinya kabar gembira bahwa kelak di Hadramaut, Habib Ali akan memperoleh Ahwal yang besar dan manfaat yang banyak. Baru setelah itu, tenanglah hati Habib Muhammad, dan Allah pun mewujudkan apa yang diucapkan Habib Abu Bakar Al Attas. Ketika Habib Ali berusia 22 tahun, ayahandanya, Habib Muhammad meninggal dunia di Mekah. Habib Muhammad memegang jabatan Mufti Syafiiyah Di Mekah; setelah wafatnya Syeikh Al-Allamah Ahmad Dimyati tahun 1270 H. jabatan ini dipegangnya hingga beliau wafat
Pada hari rabu 21 Dzulhijah 1281 H. beliau dimakamkan di Ma’laa di Huthoh saadah Aal Baa Alawiy. Sedangkan ibunda Habib Ali, Hababah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al Hadi Al Jufri wafat pada tanggal 6 Rabiuts tsani 1309 H
Putra –putri Habib Ali
Dari perkawinannya dengan wanita Qosam, satu anak, Abdullah.
Dari perkawinannya dengan Hababah Fathimah binti Muhammad bin Segaf Maulakhela, 4 anak ( Muhammad, Ahmad, Alwi dan Khodijah ).
Ribath Habib Ali
Ketika berusia 37 tahun, beliau membangun Ribath ( pondok pesantren ) yang pertama di Hadramaut, di kota Seiwun untuk para penuntut ilmu dari dalam dan luar kota. Ribath menyerupai mesjid dan terletak di sebelah timur halaman masjid Abdul Malik. Biaya orang-orang yang tinggal di Ribath beliau tanggung sendiri. Habib Ali berkata :
”Ribath ini kudirikan dengan niat-niat yang baik, dan Ribath ini menyimpan rahasia (sir) yang besar. Ribath ini mrnyadarkan mereka yang lalai dan membangunkan mereka yang tertidur. Berapa banyak faqih yang telah dihasilkannya, berapa banyak orang alim yang telah diluluskannya. Ribath ini merubah orang yang tidak mengerti apa-apa menjadi orang yang alim.
Pembangunan Masjid Riyadh
Ketika berusia 44 tahun, beliau membangun Masjid Riyadh, pada tahun 1303 H.
Pada bulan syawal 1305 H, Habib Ali menggubah sebuah syair tentang Masjid Riyadh :
“Inilah Riyadh, ini pula sungai-sungainya yang mengalir
Yang memakmurkan mereguk segar airnya
Yang bermukim tercapai tujuannya
Yang berkunjung terkabul keinginannya
Masjid ini dibangun di atas tujuan yang shahih
Maka tampaklah hasilnya”
Habib Ali berkata :
“Dalam Masjid Riyadh terdapat cahaya rahasia dan keberkahan Nabi Muhammad SAW”
Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi berkata :
“Berkata penggubah syair, lembah kebaikan telah penuh
Siapa ingin hajatnya terkabul beri’tikaflah di sekitar Riyadh”
Simtud Duror
Ketika Habib Ali berusia 68 tahun, beliau menulis kitab Maulid Simtud Duror ; pada hari kamis 26 safar 1327 H, beliau mendiktekan paragraph awal kitab mauled tersebut. Pada hari kamis 10 Rabiul Awal 1327 H, beliau menyempurnakannya dan pada malam sabtu 12 Rabiul Awal 1327 H, beliau membaca Simtud Duror di rumah muridnya, Sayyid Umar bin Hamid As segaf.
Maulid Simtud Duror yang agung ini, mulai tersebar luas di Seiwun, juga di seluruh Hadramaut, Haramain, Indonesia, Afrika, Dhofar dan Yaman.
Habib Ali berkata :
• ”Tanggal 27 sya’ban 1327 H, Sayyid Hamid bin Alwi Al Bar akan pergi ke Madinah Al Munawwaroh membawa satu naskah maulid Simtud Duror yang akan dibacanya di hadapan Nabi SAW. Dan Nabi SAW akan merasa sangat senang.”
• “Maulidku ini tersebar di tengah-tengah masyarakat, akan mengumpulkan mereka kepada Allah SWT dan akan membuat mereka dicintai Nabi SAW.”
• Jika seseorang menjadikan kitab maulidku ini sebagai salah satu wiridnya atau menghafalnya, maka rahasia (sir) Nabi SAW akan tampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya dan mendiktekannya, namun setiap kali kitab itu dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan Nabi SAW. Pujianku kepada Nabi SAW dapat diterima oleh masyarakat. Ini karena besarnya cintaku kepada Nabi SAW. Bahkan dalam surat-suratku, ketika aku menyifatkan Nabi SAW, Allah SWT membukakan padaku susunan bahasa yang tidak ada sebelumnya. Ini adalah ilham yang diberikan Allah kepadaku.
Wafatnya Habib Ali
Pada tahun-tahun terakhir kehidupannya, penglihatan Habib semakin kabur. Dan dua tahun sebelum wafatnya, beliau kehilangan penglihatannya. Menjelang wafatnya, tanda yang pertama kali tampak adalah Isthilam; yang berlangsung selama 70 hari, hingga kesehatan beliau semakin buruk. Akhirnya, pada waktu dzuhur, hari minggu, 20 Rabiuts tsani 1333 H / 1913 M, beliau wafat. Jenazah beliau dimakamkan disebelah barat Masjid Riyadh.
Makam Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi.
Habib Ahmad bin Hasan Al Attas berkata :
”Apakah Ali banyak melakukan shalat sunah? Apakah dia tidak tidur di malam hari? Apakah dia mengerjakan sekian ribu dzikir secara tetap? Tidak! Namun beliau sangat mencintai Allah SWT, Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Mereka menarik Habib Ali, sehingga tanpa disadarinya, ia telah bersama mereka dan mereka berkata kepadanya, “berbicaralah dengan lisan kami”.
Kholifah Habib Ali
dalam wasiatnya, habib Ali menunjuk Habib Muhammad sebagai kholifahnya. Mengenai Habib Muhammad ini, Habib Ali berkata :
“Kalian jangan mengkhawatirkan anakku Muhammad. Pada dirinya terletak khilafah dzohir dan batin. Semoga Allah SWT menjadikan dia dan saudara-saudaranya penyejuk hati, semoga mereka dapat memakmurkan Ribath dan Masjid Riyadh dengan ilmu dan amal, semoga Allah menjadikan mereka sebagai teladan dalam setiap kebajikan, dan semoga Allah SWT memberi mereka keturunan yang saleh, serta menjaga mereka dari berbagai fitnah zaman dan teman-teman yang buruk.”
Habib Alwi bin Ali Al Habsyi membangun Masjid Riyadh di Solo tahun 1255 H. Beliau menyelenggarakan kegiatan ibadah dan taklim yang biasa diamalkan oleh ayahnya. Mengenai Habib Alwi ini, ayahnya ( Habib Ali ) pernah berkata dalam salah satu syairnya :
Ya Tuhan, dengan kebesaran Al Musthofa berilah Alwi Fath,
Dan berilah ia madad dari segala penjuru
Begitu pula semua saudara dan semua yang bersamanya
Dan penuhilah kedua tangannya dengan karunia-karunia-Mu
Dan jadikanlah dalam ilmu ia sebagai rujukan ahli zamannya
Murid-murid Habib Ali
1. Anak-anak beliau ( Habib Abdullah, Habib Muhammad, Habib Ahmad dan Habib Alwi )
2. Adik beliau ( Habib Syeikh bin Muhammad Al Habsyi ) dan kemenakan beliau ( Sayyid Ahmad bin Syekh Al Habsyi )
3. Sayyid Jakfar dan Abdul Qadir bin Abdurrahman bin Ali bin Umar bin Segaf Assegaf.
4. Sayyid Muhammad bin Hadi bin Hasan Assegaf.
5. Sayyid Muhsin bin Abdullah bin Muhsin Assegaf
6. Sayyid Salim bin Shofi bin Syeikh Assegaf
7. Sayyid Ali binAbdul Qadir bin Salim bin Alwi Al Aydrus
8. Sayyid Abdullah bin Alwi bin Zen Al Habsyi
9. Sayyid Muhammad bin Salim bin Alwi As Siri
10. Sayyid Alwi bin Abdurrahman bin Abu Bakar Al Masyhur
11. Sayyid Hasan bin Muhammad bin Ibrahim Bilfaqih
12. Sayyid Ali binAbdurrahman bin Muhammad Al Masyhur
13. Sayyid Umar dan Sayyid Abdullah bin Idrus bin Alwi Al Aydrus
14. Sayyid Abdullah bin Ali bin Syihabuddin
15. Sayyid Abdullah bin Umar Asy Syathri
16. Syeikh Ahmad bin Abdullah bin Abu Bakar Al Khotib
17. Sayyid Muhammad bin Idrus bin Umar Al Habsyi
18. Sayyid Umar bin Abdullah bin Muhammad Al Habsyi
19. Sayyid Umar bin Abdurrahman Al Aydrus Shohib Hazm
20. Sayyid Abdullah bin Alwi bin Hasan Al Attas
21. Sayyid Muhammad bin Salim bin Abu Bakar bin Abdullah Al Atthas
22. Sayyid Umar bin Ahmad bin Abdullah bin Idrus Al Bar
23. Sayyid Hamid bin Alwi bin Abdullah Al Bar
24. Sayyid Muhammad dan Sayyid Musthofa bin Ahmad bin Muhammad bin Alwi Al Muhdhor
25. Sayyid Muhammad dan Sayyid Umar bin Tohir bin Umar Al Haddad
Murid-murid beliau yang mencapai derajat Alim dalam ilmu Fiqih dan lainnya, selain yang menetap di Ribath antara lain :
1. Sayyid Toha bin Abdul Qadir bin Umar Assegaf
2. Sayyid Umar bin Abdul Qadir bin Ahmad Assegaf
3. Syeikh Hasan, Ahmad dan Muhammad Baraja.
Orang-orang yang bersama beliau sepanjang hidup beliau dan seperti murid beliau adalah :
1. Sayyid Abdillah bin Ahmad bin Toha binAlwi Assegaf
2. Sayyid Alwi bin Ahmad bin Alwi bin Segaf Assegaf
3. Syeikh Ahmad bin Ali Makarim
4. Syeikh Ahmad bin Umar Hassan
5. Syeikh Muhammad bin Abdullah bin Zein bin Hadi bin Ahmad Basalamah
6. Syeikh Ubaid bin Awudh Ba Fali
Wasiat dan Nasihat Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi
• Wahai saudaraku, berprasangka baiklah kepada Allah swt, wujudkanlah kebenaran janji-Nya, dan rasakanlah kebesaran rahmat-Nya. Cukuplah bagi kita firman Allah swt, seperti disabdakan Rasulullah saw, “Aku bersama prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, maka berprasangkalah kepada-Ku sesukamu.”
• Jika seorang hamba memedulikan penyakit hati seperti penyakit badan, niscaya mereka akan mendapatkan tabib di hadapan mereka. Tetapi, sedikit sekali yang membahas masalah ini, karena mereka telah dikuasai nafsu dan akal.”
• Jika tak ada ketamakan, dan tak ada satu mahluk pun keluar dari lingkaran jejak nabi saw, tidak akan ada manusia mengejar dunia yang fana ini atau berpaling dari kebahagiaan akhirat yang kekal.”
• Tak ada derajat yang lebih tinggi daripada prasangka baik. Karena di dalam prasangka baik terdapat keselamatan dan keberuntungan. Didalam keluasan rahmat Allah swt sirnalah amalmu seperti amal setiap mahluk. Di dalam rahasia Allah swt swt, yang dititipkan pada mahluk-Nya, terdapat sesuatu yang mengharuskan untuk berkeyakinan bahwa semua mahluk adalah Aulia.
• Keteguhan yang sempurna berbeda-beda. Keteguhan dalam perkataan berbeda dengan keteguhan dalam perbuatan. Keteguhan perbuatan berbeda dengan keteguhan dalam beramal. Keteguhan dalam beramal berbeda dengan keteguhan dalam mencari. Keteguhan dalam mencari berbeda dengan keteguhan dalam apa yang dicari. Sedangkan hakikatnya, secara utuh dan merupakan kedudukan yang terakhir, adalah tidak memalingkan pandangan dari Allah swt sekedip mata pun, bahkan yang lebih cepat dari itu.
• Janganlah kau putuskan kehadiranmu di tempat-tempat yang baik karena alas an kesibukan dunia. Hati-hatilah, karena itu merupakan tipu daya setan. Hadirkanlah Allah swt ketika sendirian. Sembahlah Dia, seakan melihatnya; dan jika tidak melihatnya, sesungguhnya Dia melihatmu.
• Tutuplah mata dari perhiasan dunia dan segala kenikmatan fana yang dimiliki budak-budaknya serta kenikmatan yang akan terputus. Sesungguhnya semuanya seperti kau saksikan bahwa dunia ini cepat berpindah dan dekat kefanaannya.
• Jadikanlah Al-Qur’an dan zikir kepada Allah swt bacaan sehari-harimu. Bertafakurlah terhadap nikmat Allah swt. Jika mungkin, setiap waktu hanya ada antara dirimu dan Allah swt, dan pada saat itu telitilah diri sendiri. Rasulullah saw bersabda, “Telitilah dirimu, sebelum kalian diteliti.” Seseorang yang meneliti dirinya di dunia, perhitungan baginya akan lebih ringan di akherat kelak.
• Orang yang lalai mengira bahwa dirinya mencapai kelezatan dunia tanpa mengetahui bahwa sebenarnya kemanisan dunia bercampur dengan kepahitannya. Sedangkan kehidupan indah yang sebenarnya adalah berpaling dari dunia, kemudian masuk ke hadirat yang Maha Kaya dengan sifat faqir, miskin, lalu memetik sesuatu yang indah dari tempat itu.
• Kerjakanlah segala perintah Allah swt dan tinggalkanlah larangan-Nya. Jangan sampai Allah swt melihatmu melakukan apa yang dilarang-Nya, atau kehilangan-Mu pada perintahnya. Bangkitlah untuk memenuhi hak Allah swt. Bersemangatlah melakukan sesuatu yang membuat para salaf Mulia.
• Cabutlah ketajaman dari sarung pedang tabiatmu yang membelah akar cinta dari asalnya. Taburilah tanah dengan benih pohon-pohon kezuhudan, hingga menghasilkan qurb ( kedekatan ) kepada Allah swt, air telaga dari celah wishal ( persatuan dengan Allah swt ), dan pengetahuan pada puncak tujuan.
• Yang selalu memperlambat terkabulnya doa’ seorang hamba adalah karena harapan yang rendah : mengharapkan sesuatu dari mahluk. Angkatlah pandanganmu secara keseluruhan kepada zat yang dibutuhkan semua mahluk….maka akan tampak tanda-tanda terkabulnya doa’.
(Al-Kisah No.15/tahun III/18-31 juli 2005, al-Kisah No.11 / Tahun IV/ 22 Mei- 4 Juni 2006 dan Manaqib Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi; oleh Novel Muhammad Al-Aydrus)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar